Direktur PT Surya Panen Subur II (PT SPS II), Arsul Hadiansyah membantah klaim dari beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menyatakan bahwa perusahaan yang ia pimpin telah melakukan pembakaran lahan.
Pada tanggal 15 Maret 2014, tim yang beranggotakan Dir Reskrimsus dan Kasubdit Tipiter Polda Aceh, telah melakukan pengecekan titik api (hot fire) di lahan perkebunan PT SPS II. Pengecekan dilakukan berdasarkan informasi dari satelit tentang adanya titik panas (hot spot). “Namun saat turun ke lapangan, kita tidak menemukan titik api (hot fire) di lahan kami (PT SPS II-red),” ujar Asrul.
“Aparat kepolisian dari Kepolisian Daerah (Polda) Aceh juga sudah turun untuk menginvestigasi dan tidak menemukan adanya lahan yang terbakar di lahan PT SPS. Memang ada terjadi kebakaran tapi di areal konservasi yang saat ini diokupasi (pemanfaatan lahan secara ilegal oleh masyarakat sekitar untuk memakai atau menggarap tanah tanpa izin pemegang hak-red),” terang Arsul.
Tim Laboratorium Forensik Mabes Polri Cabang Medan dan Sat Reskrim Polres Nagan Raya juga pernah melakukan kunjungan lapangan. Berdasarkan laporan polisi yang dilakukan oleh pihak perusahaan, guna melakukan identifikasi terhadap lokasi pembakaran yang dilakukan oleh oknum masyarakat pada lahan PT SPS II yang terjadi pada bulan Febuari 2014.
Arsul menambahkan, perusahaan tidak mungkin membakar lahannya sendiri, sedangkan pada lahan yang dibakar itu sudah ditanami Sawit. “Secara logika, kan tidak mungkin kami membuat sesuatu yang merugikan perusahaan.”
PT SPS bentuk Tim Pemburu Api
Memiliki HGU di kawasan gambut yang sangat rawan dengan kebakaran lahan tentu saja membutuhkan strategi khusus. Menyiasati hal tersebut, PT SPS membentuk tim Pemburu Api.
Saat ini, kata Asrul, PT SPS II telah memiliki tujuh tim pemburu api. Masing-masing tim terdiri atas tujuh personil yang bertugas untuk melakukan patrol api dan melakukan pemantauan di menara pantau api. “Kita juga sudah membangun tujuh unit menara Pemantau Api,” tambahnya.
Tim pemburu api PT SPS II juga diperkuat dengan satu unit mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) dan puluhan unit mesin pompa air. “Di Aceh, hanya kami (PT SPS-red) satu-satunya perusahaan Sawit yang memiliki unit damkar,” terang Arsul.
Untuk menjaga kesiapan peralatan dan kesigapan personil, PT SPS melakukan cheking peralatan setiap minggunya. “Sedangkan personil memang selalu siap siaga dengan melakukan patrol api dan melakukan pengawasan di menara pantau.
PT SPS juga sudah membangun kanal-kanal dengan ukuran sedang kecil dan besar. Hal tersebut dilakukan bukan hanya untuk pengaturan sirkulasi air bagi tanaman Sawit, tetapi juga berfungsi sebagai sumber air untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran lahan.
Sumber: Atjehlink.com