Indonesia Timur, khususnya pulau Sumba dikenal memiliki potensi wisata pantai yang eksotik. Keindahan panorama alam yang dipadu dengan kebudayaan akan membuat pengunjung seolah tak henti berdecak kagum. Itulah yang saya alami ketika saya menelusuri obyek wisata di pulau Sumba.
Sumba adalah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Luas wilayahnya 10.710 km², titik tertingginya Gunung Wanggameti (1.225 m). Sumba berbatasan dengan Sumbawa di sebelah barat laut, Flores di timur laut, Timor di timur, dan Australia di selatan dan tenggara. Selat Sumba terletak di utara pulau ini. Di bagian timur terletak Laut Sawu serta Samudra Hindia terletak di sebelah selatan dan barat.
Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini sendiri terdiri dari empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Kota terbesarnya adalah Waingapu, ibukota Kabupaten Sumba Timur. Kota tersebut juga terdapat bandar udara dan pelabuhan laut yang menghubungkan Pulau Sumba dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia seperti Pulau Sumbawa, Pulau Flores, dan Pulau Timor.
Satu pekan 26 Mei- 1 Juni 2014 saya berada di Sumba. Selama berada pulau penghasil kacang mede ini saya mencoba untuk mengeksplore pengalaman saya tentang Sumba, bergaul dengan masyarakatnya yang ramah, menikmati tari-tarian, mencicip kuliner, serta mengunjungi tempat wisata, kampung adat dan rumah budaya Sumba.
Bagi saya satu pekan terlalu pendek untuk untuk bisa berkeliling dan menikmati indahnya alam pulau ini. Beberapa lokasi yang sempat saya kunjungi adalah
1. Danau Weekuri
Merupakan objek wisata di kawasan Kodi Utara. Sepanjang perjalanan menuju ke danau ini, saya disuguhi hutan jati, perkampungan dengan rumah adat yang masih terpelihara baik, serta panorama padang ilalang yang luas. Setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 2 jam dari Konventu (tempat saya menginap), rasa lelah dan penat saya terobati. Danau berwarna biru yang bening dan jernih dengan suasana alam yang cantik dan memukau tersuguh di depan saya. Terlihat beberapa orang tua dan anak-anak berenang dan mandi di danau ini. Maksut hati pun ingin berenang, namun sayang hari sudah mulai senja akhirnya saya pun mengurungkan niat untuk mandi. Cukup berfoto dan narsis dengan latar belakang panorama Danau Weekuri.
2. Tebing Pantai Mandorak
Berada di Kecamatan Kodi Utara, pantai yang menyuguhkan pemandangan karang terjal nan eksotis di ujung tebing-tebing. Tebing kekar berdiri kokoh seakan menatang ombak. Dengan pasirnya yang putih dan lembut, seakan melengkapi keindahan pantai ini. Seorang asal Perancis telah berinvestasi di tempat ini.
3. Pantai Rate Nggaro
Pantai Rate Garo terletak di Kecamatan Kodi Bangedo, dengan hamparan pasir putih yang luas serta dihiasi sejumlah kuburan tua berbentuk menhir bak zaman megalitik. Disini para pengunjung juga bisa menyaksikan rumah adat masyarakat setempat. Dan juga lapangan hijau yang biasa digunakan untuk festival Pasola setiap bulan februari dan maret.
4. Pantai Mamboro
Letaknya di utara Sumba Barat, sangat cocok untuk berenang dan rekreasi. Sepanjang perjalanan menuju pantai ini pemandangan alamnya sangat spectakuler. Padang sabanna terbentang luas, sejauh mata memandang saya hanya melihat rumput ilalang. Sungguh sebuah panorama dan lukisan alam yang cantik.
5. Pantai Manangaba (pantai Kita)
Terletak di Kabupaten Sumba Barat Daya , merupakan pantai yang sangat indah dengan pasir putih yang membentang sepanjang bibir pantai sejauh mata memandang. Sangat indah dan eksotik.
6. Pantai Pero
Pantai Pero terkenal dengan pantai pelabuhan para nelayan karena disekitar pantai terdapat kampung nelayan yang sehari – hari melakukan aktivitas menangkap ikan sebagai mata pencaharian utama. Kegiatan para nelayan sangat unik karena menggunakan cara – cara tradisional dan ramah lingkungan dalam untuk menangkap ikan.
Para pengunjung bisa langsung memesan ikan hasil tangkapan nelayan untuk di panggang. Berjarak 45 Km dari Tambolaka Ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya, jalan aspal terpelihara baik, tersedia angkutan umum berupa mikrolet dan ojek sepeda motor. Akomodasi dan penginapan hanya ada di kota Tambolaka.
Satu pekan rasanya masih belum cukup untuk bisa menyusuri semua pantai yang ada di Sumba. Menurut pater Willy, Cssr, “Sumba memiliki banyak pantai yang elok, pasirnya putih dan bisa untuk berkaca”
Wisata Budaya
Selain memiliki banyak pantai elok yang masih perawan, Sumba juga memiliki beberapa potensi wisata lainnya yakni wisata budaya. Di Sumba Barat Daya khususnya, terdapat sejumlah perkampungan situs, dimana masyarakat yang mendiami kampung adat tersebut dipagari dengan tatanan rapih bebatuan di atas puncak perbukitan berbentuk lingkaran.
Di dalam kampung budaya itu dilengkapi dengan jajaran kemegahan batu kubur megalitik yang terkesan angker namun sakral, dan merupakan sumber keyakinan penganut merapu, yang meyakini bahwa rumah adat dan kubur batu merupakan simbol kehidupan dan kematian. Satu diantaranya adalah situs Wainyapu di Kecamatan Kodi Bangedo, dengan jarak sekitar 45 km arah barat Kota Tambolaka.
Upacara Keagamaan Merapu
Merapu adalah sebuah agama atau kepercayaan lokal yang dianut oleh masyarakat di pulau ini. Lebih dari setengah penduduk Sumba memeluk agama ini. Agama ini memiliki kepercayaan pemujaan kepada nenek moyang dan leluhur. Pemeluk agama Marapu percaya bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan bahwa setelah akhir zaman mereka akan hidup kekal di dunia roh, yaitu di surga Marapu yang dikenal sebagai Prai Marapu.
Upacara keagamaan marapu seperti upacara kematian dimana seorang yang meninggal dibungkus dengan kain hasil tenunan dan disemayamkan beberapa hari dengan cara didudukkan, sebelum dikuburkan dalam kubur batu megalitik. Seremoni penguburan, disertai pembantaian sejumlah hewan (kerbau dan babi) dalam jumlah banyak, setara dengan strata sosial orang yang meninggal tersebut.
Pasola
Pasola, sebuah permainan rakyat yang berisiko, dengan masing-masing orang menunggang kudanya dan saling menghajar dan melempar dengan kayu (sola) dengan keras ke arah tubuh lawannya.
Permainan pasola diadakan pada empat kampung di kabupaten Sumba Barat Daya. Keempat kampung tersebut antara lain Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura. Pelaksanaan pasola di keempat kampung ini dilakukan secara bergiliran, yaitu antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya.
“Jika ada yang cidera bahkan hingga tewas pun, tidak ada yang dipersoalkan apalagi diperkarakan, karena dinilai sebagai berkah dari sang maha dewi,” kata Pater Willy,Cssr.
Pasola, lanjut dia, selalu dibarengi dengan kemunculan Nyale (cacing laut), yang menurut kepercayaan, jika munculnya dalam jumlah banyak dan bersih, pertanda hasil panen yang akan dilakukan pada tahun itu akan berlimpah.
Perlu perbaikan infrastruktur
Potensi wisata yang besar tidak diimbangi dengan pembangunan. Itulah yang terjadi di Tanah Merapu ini. Para wisatawan yang berkunjung termasuk saya mengeluhkan infrastruktur yang masih jauh dari standart sebagai tempat tujuan wisata. Para wisatawan baik lokal maupun domestik masih kesulitan untuk bisa datang ke obyek-obyek wisata di kota ini. Jalanan yang rusak, akses transportasi yang kurang memadai hingga masih minimnya hotel dan restoran.
Oleh sebab itu melalui tulisan ini penulis ingin menyampaikan bahwa potensi wisata yang besar ini jika dikelola dengan baik oleh pemda maka akan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke pulau ini. Dengan demikian dapat memberikan masukan bagi pendapatan daerah, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumba pun akan meningkat. Julukan Hidden Paradise of Sumba pun akan berubah menjadi Paradise of Sumba yang bisa dinikmati oleh wisatawan seantero dunia. RWD/Strategypr