PELAKSANA Tugas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) J Widjonarko mengungkapkan, Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung tidak sanggup menyerap liquid natural gas (LNG) sesuai pesanan dari Kilang LNG Tangguh Papua.
Menurut Widjonarko, FSRU Lampung baru meminta satu kargo LNG dari rencana lima pada 2014.
“Empat kargo lainnya belum jelas mau dikirm ke mana,” katanya di Jakarta, kemarin.
Dia menjelaskan, kemungkinan sisa LNG yang tak terserap itu akan dijual ke pasar ‘spot’. “Terpaksa dijual ke pasar internasional, karena kalau disimpan, nanti bisa meledak,” ujarnya.
FSRU Lampung memiliki kapasitas tangki LNG sebesar 170.000 meter kubik dengan kemampuan memasok gas bumi 1,5 juta ton per tahun atau 240 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Fasilitas milik Hoegh LNG yang disewa PGN tersebut sebelumnya direncanakan beroperasi Juli-Agustus 2014. Namun, hingga kini belum beroperasi. Diduga FSRU mengalami kerusakan sehingga tidak bisa bekerja optimal.
Pengamat energi Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai, kerusakan yang dialami FSRU Lampung akan mengganggu suplai gas di dalam negeri, karena sebagian suplai gas untuk kebutuhan dalam negeri berasal dari sana.
“Jika FSRU Lampung rusak, maka pengaruhnya sangat besar bagi industri pupuk dan PLN yang ada di sekitar lokasi FSRU Lampung,” kata Komaidi kepada wartawan di Jakarta, Kamis (2/10).
Komaidi mengakui, jika FSRU benar mengalami kerusakan, maka perlu segera dicari sumber-sumber gas lain untuk memenuhi permintaan akan gas dalam negeri. Pasalnya, tahun depan pemerintah memastikan alokasi gas bumi untuk FSRU Lampung sebanyak 10 kargo.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT PGN Heri Yusup mengemukakan, tidak benar FSRU Lampung mengalami kerusakan, sehingga mengganggu suplai gas nasional atau domestik. Menurutnya, FSRU Lampung memang direncanakan akan mendapat alokasi gas sebanyak 10 kargo LNG mulai 2015 dari Kementerian ESDM.
“Untuk saat ini kami tetap fokus menyelesaikan pembangunan FSRU Lampung yang ditargetkan selesai pada tahun 2014,” kata Heri.
Ditegaskan Heri, hal yang sebenarnya terjadi adalah FSRU Lampung sedang mengalami proses penyesuaian sebelum semua mesin-mesinnya dioperasikan secara maksimal. “Mesinnya sudah oke, hanya saja harus dilakukan tune up atau perbaikan kecil pada beberapa bagian tertentu. Jadi, tidak ada pengaruh yang signifikan, namun ada kemunduran waktu operasional dari yang telah ditentukan,” katanya.
Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana mengharapkan FSRU lampung dapat memenuhi kuota hingga 25 persen permintaan gas nasional, terutama untuk kebutuhan gas untuk industri dan PLN. Namun diakuinya, suplai gas FSRU Lampung hingga saat ini belum memberikan pengaruh yang signifikan, dan ada kabar sedang mengalami kerusakan. “Tapi saya tidak tahu dari sisi yang lainnya,” kata dia.
Seperti diketahui, FSRU Lampung akan memasok kebutuhan gas bagi pembangkit listrik PLN, industri, usaha kecil, dan rumah tangga di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, dan Jakarta. Sumber pasokan FSRU Lampung dalam tahap awal berasal dari Kilang LNG Tangguh Papua. Untuk tahap awal, besarnya pasokan gas sebanyak lima kargo pada tahun ini, dan akan meningkat di tahun selanjutnya. Tahun depan Tangguh menjatah FSRU Lampung sebesar 14 kargo gas cair. Namun, baru tahap awal saja FSRU Lampung sudah tidak mampu menyerap LNG yang dipesannya.
Sumber: Beritasatu.com