FILM hollywood yang bertemakan sience-fictions tentang NASA dan semacamnya tentu bukan barang baru. Namun Interstellar tidak sekedar film science-fictions yang memusingkan, tetapi juga sarat makna. Cerita yang ditulis Nolan bersama saudaranya dikemas secara apik hingga membuat emosi penonton campur aduk.
Film ini bercerita tentang bumi yang semakin parah, selalu ada badai debu, dan sulitnya mendapatkan makanan, sehingga banyak orang terpaksa bertani, untuk tetap bisa bertahan hidup. Salah satunya Cooper (Matthew McConaughey), mantan pilot NASA yang tinggal bersama ayah almarhum istrinya, dan kedua anaknya Murphy (Mackenzie Foy, Jessica Chastain).
Satu hari Cooper bersama putrinya Murphy tak sengaja menemukan markas NASA. Prof. Brand (Michael Caine) telah sejak lama melakukan misi rahasia dalam rangka mencari alternatif kehidupan lain di alam semesta sebagai penggati bumi. Bahkan para ilmuwan dan penjelajah dari NASA telah dikirim ke luar angkasa namun selalu gagal dan tidak pernah kembali ke bumi.
Prof. Brand tak pernah menyerah. Cooper sebagai mantan pilot NASA ditunjuk untuk membawa pesawat NASA kembali melakukan misi ke luar angkasa bersama Amelia Brand (Anne Hathaway) putri Prof. Brand dan 2 rekan Prof. Brand.
Misi yang mereka emban adalah mencari kemungkinan planet di luar angkasa untuk dapat dijadikan sebagai bumi kedua bagi populasi manusia. Ada beberapa planet yang harus mereka kunjungi sebagai alternatif pilihan mana yang layak untuk kehidupan manusia. Disinilah petualangan dimulai. Mereka dipilih untuk mati demi misi “menyelamatakan spesies manusia dari kepunahan”.
Film Interstellar terinspirasi dari sebuah teori fisika oleh Kip S Thorne mengenai Wormhole dan medan gravitasi. Interstellar juga menyinggung beberapa teori dan ilmu fisika lainnya, seperti black holes, gelombang gravitasi, bahkan beberapa teori Albert Einstein yang pernah diungkap namun tidak pernah bisa dibuktikan.
Tak hanya sience, film ini juga mengajak penonton untuk merenungkan pesan kemanusiaan yang disampaikan.
Manusia bisa sangat mulia melakukan satu misi demi kelangsungan hidup spesiesnya, namun di satu sisi sangat jahat karena tidak segan untuk membunuh individu atau populasi manusia tertentu.
Manusia juga bisa menjadi jahat jika naluri bertahan hidupnya terancam. Selain bertahan hidup kemampuan manusia yang tertinggi adalah mencintai. Rasa cinta yang tidak bisa dihitung secara ilmiah namun bisa dipastikan ada.
Cooper sangat mencintai keluarganya terutama Murphy putrinya. Setelah mengetahui bahwa misinya tersebut tidak akan pernah berhasil, Cooper berusaha keras untuk kembali ke bumi. Namun usaha tersebut gagal, dan membawanya ke sebuah dimensi waktu, dimana dia bisa melihat kehidupan sebelum dia ke luar angkasa. Cooper yang terpisah dari Amelia terus mencari cara untuk bisa berkomunikasi dengan putrinya dengan kode morse yang dikirimkannya melalui detak jarum jam tangan miliknya.
Murphy pun sadar bahwa kode-kode itu adalah Cooper sang Ayah. Hingga akhirnya Murphy mampu memecahkan teori relativitas. Dari film ini penonton disuguhi cerita tentang bagaimana perasaan manusia sebagai makhluk sosial, yang tidak akan mampu hidup tanpa manusia lain. RWD