BATU Caves, adalah bukit kapur, yang berbentuk gua. Disekitarnya terdapat banyak kuil yang merupakan tempat pemujaan umat Hindu. Terletak di distrik Gombak, negara bagian Selangor, 13 kilometer dari Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk mencapai tempat ini saya dan rombongan Strategy Insight Public Relations memilih moda transportasi kereta atau biasa disebut KTM Komuter. Saya dan rombongan berangkat dari KL Sentral. Tarif per orang dari KL Sentral ke Batu Caves cukup murah yakni 2 RM.
Di dalam kereta sangat nyaman karena ber-AC dan tidak ada penumpang yang berdiri apalagi berdesak-desakan seperti kereta di Jakarta. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 50 menit sampailah saya dan rombongan Strategy Insight Public Relations di Batu Caves. Selama perjalanan dengan kereta tidak ada pemandangan yang asik dan cenderung membosankan, sehingga saya memilih untuk memejamkan mata, dan saya terbangun saat teman disebelah saya menepuk bahu saya dan mengatakan sudah sampai.
Keluar dari stasiun Batu Caves, langsung terlihat tebing batu tinggi berwarna abu-abu kehitaman dimana puncaknya tertutup rimbunnya pepohonan. Saya dan rombongan langsung masuk ke lokasi wisata Batu Caves dari pintu samping yang terletak persis di depan pintu stasiun Batu Caves.
Karena saat itu bukan hari libur pintu masuk lumayan sepi, hanya terlihat penjual souvenir dan beberapa perlengkapan pemujaan kepada dewa. Sehingga saat memasuki lokasi cukup nyaman dan tenang. Pengunjung tidak dipungut biaya alias gratiiis.
Saat memasuki lokasi wisata Batu Caves, disebelah kiri belakang, langsung terlihat patung Hanoman setinggi kurang lebih 15 meter. Patung Hanoman ini berwarna hijau berbeda dengan Hanoman di jawa yang berwarna putih. Didekat patung tepatnya di belakang patung terdapat kuil pemujaan khusus untuknya. Saya urung untuk masuk ke dalam kuil tersebut karena pengunjung diharuskan membeli tiket masuk.
Dua meter dari situ, terdapat semacam pendapa yang di atapnya terdapat 2 buah stupa berwarna keemasan. Sepertinya pendapa ini biasa digunakan untuk upacara-upacara umat Hindu.
Plataran di depan Patung Murugan
Daya tarik saat tiba di pelataran utama adalah Patung Dewa Murugan berwarna emas. Tinggi patung ini mencapai 42,7 meter. Konon Patung ini adalah patung Dewa Murugan tertinggi di dunia. Rupanya bukan hanya saya yang tertarik dengan patung besar ini, beberapa wisatawan yang datang langsung berlari mendekati patung lalu mengambil kamera untuk berpose di depan patung Dewa Murugan. Saya dan rombongan pun tak mau ketinggalan.
Setelah puas berfoto, saya dan rombongan Strategy Insight Public Relations bergegas menaiki anak tangga. Awalnya saya sempat ragu dan malas melihat ratusan anak tangga yang menjulang di depan saya. Namun saya merasa tertantang, dan memutuskan untuk naik.
Usahakan sebelum naik siapkan perlengkapan seperti air mineral yang bisa di beli di minimarket sekitar Batu Caves sebagai penghilang dahaga saat melakukan tantangan ini. Dan satu lagi yang tak kalah penting adalah tekad yang kuat dan sikap pantang menyerah. Lalu bagi anda yang miliki penyakit lemah jantung, rematik sebaiknya berhati-hati jika tetap memaksa naik.
Di sekitar gua tampak monyet berkeliaran dan mereka memakan apa saja yang pengunjung berikan, sesekali mereka bisa bertindak jahil merebut apa saja yang dibawa oleh pengunjung. Jaga tas dan barang bawaan yang anda gantung di tangan, mereka terkadang suka ‘bercanda’ dengan pengunjung. Terlebih, bagi anda yang membawa anak kecil, jagalah mereka agar tetap di dekat anda, dan jangan sampai mereka tergigit oleh monyet-monyet tersebut, karena ini bisa berbahaya.
Ini dialami oleh kawan saya Indri saat sedang tertatih menaiki anak tangga, tiba-tiba dia berteriak ketakutan karena seekor induk monyet yang sedang menggendong anaknya merebut botol minuman dari tangannya. Spontan seluruh mata pengunjung tertuju pada kawan saya ini. Tak berselang lama, seorang turis asing berjuang mempertahankan kain pantai berwarna kuning yang ia pakai. Dua ekor monyet mencoba untuk merebut kainnya. Untungnya ia dibantu pengunjung lain yang ada didekatnya, dan monyet-monyet itu pergi dengan tangan kosong. Saya dan Indri hanya bisa tersenyum dan melanjutkan perjuangan.
Setelah berjuang mendaki 272 anak tangga sampailah saya di gua utama yang memiliki tinggi kurang lebih 100 meter dari dasar bukit. Batu Caves memiliki tiga gua utama dan beberapa gua kecil. Yang terbesar disebut gua Cathedral, sementara dua gua kecil lainnya berada di dasar bukit.
Pemandangan eksotik bisa anda dapatkan saat anda memasuki gua. Rasa lelah, pegal dan haus terobati saat tiba di mulut gua. Mendongaklah ke atas, maka terlihat stalaktit-stalaktit cantik yang terbentuk melalui proses alam selama ratusan tahun. Cahaya matahari yang menerobos masuk dari celah-celah gua menambah ornamen sendiri di gua ini.
Tak puas disitu saya yang sudah terpisah dari rombongan terus berjalan memasuki gua. Disana terdapat beberapa kuil yang dijadikan tempat ibadah bagi umat Hindu. Tampak seorang Pandita Hindu yang memimpin ibadah dengan lagu-lagu yang terdengar sangat indah, diikuti beberapa umat yang dengan khusuk mendengarkan lantunan lagu sang Pandita.
Setelah puas berkeliling dan memotret, sayapun memutuskan untuk keluar dari gua. Dari pintu utama gua dapat kita lihat pemandangan kota Kuala Lumpur. Pemandangan ini tak kalah indahnya. Angin berhembus lembut menyentuh wajah saya seakan memberikan pujian atas keberhasilan saya hari ini dan seakan mendapat energi positif dari Dewa Murugan.
Saya menuruni anak tangga satu demi satu sambil dalam hati bersyukur untuk pengalaman yang luar biasa hari ini. Sepulang dari tempat ini rasanya saya tak akan mengeluh jika mendapati eskalator mall yang rusak dan harus menaiki tangga. Karena hari ini aku telah berhasil menaklukkan 272 anak tangga..hahaha
Berlibur ke Batu Caves juga mengajarkan saya untuk menghormati kebudayaan dan kepercayaan pemeluk agama lain, serta menghargai karya seni yang terlukis indah di dalamnya, cobalah datang ke sini dan rasakan energi positifnya.RWD