SEIRING gairah bioskop nasional yang terus meningkat, Cinema 21 kian gencar melakukan ekspansi. Tahun ini, Cinema 21 menargetkan akan hadir di 20 lokasi. Dari 20 lokasi itu, tiga di antaranya adalah kota yang belum terdapat bioskop. Yaitu di Palu, Singkawang, dan Lombok.
“Yang segera akan dibuka adalah di kota Palu, yaitu tanggal 10 Juli,” kata Catherine Keng, Corporate Secretary Cinema 21, Minggu (5/7).
Di kota tersebut, Cinema XXI hadir di Grand Mall Palu. Lengkap dengan teater Deluxe dan The Premiere. Dengan dibukanya Cinema XXI di Kota Palu, tentu menjadi kabar gembira bagi para pecinta film di kota tersebut, yang selama ini sulit menjangkau film-film bioskop. Cinema XXI akan menjadi bioskop multiplex pertama di kota ini.
Dengan dibukanya Cinema XXI di Kota Palu pada tgl 10 Juli nanti, jumlah bioskop Cinema XXI mencapai 796 layar di 148 lokasi di 34 kota. Sementara secara keseluruhan, dengan dibukanya tujuh layar di Palu nanti, maka jumlah layar bioskop di Indonesia akan mencapai 1.036 layar.
Cinema 21 sendiri menargetkan, total layar Cinema XXI sampai akhir tahun 2017 mencapai 1.000 unit di Indonesia. Penambahan layar ini merupakan salah satu indikasi kian bergairahnya industri bioskop di Tanah Air.
“Ini merupakan perkembangan yang positif dan sehat. Cinema 21 menyambut baik dengan terus bertambahnya jumlah bioskop oleh Cinema XXI maupun non-XXI. Kami yakin, dengan terus bertambahnya bioskop, maka akan menumbuhkan movie-going habit” imbuh Catherine Keng.
Tak kalah penting, lanjut Catherine, gairah tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kualitas film yang akan disajikan. Dalam hal ini, film-film yang hadir harus sesuai dengan minat atau harapan penonton. “Karena penonton tidak bisa didikte. Penontonlah yang menentukan, film apa yang akan ditonton. Film itu persoalan selera,” jelasnya.
Terkait perkembangan film nasional, Catherine menilai, tahun ini merupakan tahun yang cukup berat bagi perfilman Indonesia karena di tahun 2015 ini belum ada film Indonesia yang menembus 1 juta penonton.
Menurut Catherine, dengan digitalisasi film membuat biaya produksi film cukup rendah, makin banyak orang berbondong-bondong bikin film. Sehingga munculah film yang kualitasnya kurang terjaga dan membuat penonton hilang kepercayaan untuk menonton film Indonesia.
Jadi, persoalan kualitas, memang menjadi salah satu kunci untuk menggairahkan perfilman nasional. Jika di satu sisi, industri bioskop sudah mengalami pertumbuhan menggembirakan, di sisi berbeda hendaknya para film maker juga harus meningkatkan mutu film yang dibuat.
Pertumbuhan jumlah layar adalah kesempatan dan ruang yang harus diisi, dan kualitas adalah jawabannya. “Jangan kecewakan penonton. Karena sekali kecewa perlu waktu untuk mengembalikan kepercayaan penonton,” kata Catherine Keng.
Sumber: kontan.co.id