SETIAP orang memiliki pandangan dan persepsi berbeda tentang dunia kerja public relations. Persepsi itu bisa muncul berdasarkan apa yang dia lihat, dengar, maupun rasakan. Namun, persepsi tersebut seringkali berkembang menjadi mitos yang keliru mengenai pekerjaan dan tugas seorang praktisi public relations.Berikut ini adalah beberapa mitos keliru tentang public relations seperti dikutip dalam laman prdaily.com:
1. PR dan Advertising adalah sama
Public Relations (PR) dengan Advertising (periklanan) memang kerap berjalan beriringan. Tak jarang banyak yang mengatakan bahwa dua pekerjaan ini sama.
Namun, kedua profesi ini berbeda. Jika PR diharuskan untuk sering berinteraksi dengan wartawan guna membangun citra pada merek, advertising harus memikirkan cara untuk berpromosi.
(Baca Juga: Perbedaan PR dan Marketing)
2. PR memutarbalikkan kebenaran
Beberapa orang beranggapan bahwa profesi PR adalah tentang tipu daya dan penipuan.
Tentu saja ini mitos PR yang keliru. Justru Pekerjaan PR semua dibangun atas kebenaran dan kepercayaan publik.
3. Suka pesta dan clubbing
Mitos ini tentu tidak benar. Jika seorang PR harus menemani klien di luar kantor atau sekedar meeting di cafe atau club bukan berarti dia suka pesta. Atau jika satu pekerjaan telah selesai dan kemudian bersantai, bukan berarti dia suka clubbing, bukan?
4. Ini semua keberuntungan
Bagi seorang praktisi PR, menyusun strategi sebelum bekerja adalah sesuatu yang wajib. PR harus mampu memetakan persoalan dan memetakan publik-publik mana yang pro dan kotra terhadapnya.
Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi bukanlah keberuntungan, namun berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun di awal.
5. Cepat dan mudah
Mitos: Seorang PR pergi ke kantor sebentar dan bekerja sedikit. Mengambil minum. Tertawa. Mengambil waktu untuk istirahat merokok. Memiliki pertemuan menyenangkan. Kembali bekerja sedikit. Tertawa lalu datang ke pertemuan lain. Pulang dan senyum.
Fakta: Seorang PR masuk lebih awal karena sering kali dalam satu hari harus meeting dengan beberapa klien yang berbeda dan di tempat berbeda. Dalam menit-menit terakhir harus membuat sebuah rencana yang dibutuhkan klien.
6. PR lebih memilih metode lama
Ada anggapan bahwa PR lebih senang memakai taktik dan cara-cara lama. Ini salah besar. Karena di tengah perkembangan teknologi informasi yang didukung perkembangan internet justru dunia PR semakin berkembang.
Media sosial dan PR kini menjadi seperti saudara. Media sosial dan alat-alat komunikasi modern menjadi sarana efektif PR untuk melakukan kampanye.
7. Anda hanya perlu berbicara
Meskipun jelas tugas utama PR adalah berbicara, namun seorang PR juga harus menjadi pemikir strategis, seorang penulis besar, dan juga pekerja keras.
Jika Anda hanya benar-benar dapat berbicara tanpa diiringi dengan strategi dan pers rilis yang baik, kampanye yang diluncurkan tidak akan sukses.
8. Ini pekerjaan nine to five
Kebanyakan orang memandang bahwa pekerjaan PR adalah pekerjaan kantoran: datang jam 9 pagi dan pulang jam 5 sore. Faktanya, seorang PR justru tidak akan meninggalkan kantor saat karyawan lainnya pulang.
Ia harus membaca koran atau melihat laporan atau berita-bahkan ketika melihat produk pesaing klien ditempatkan pada acara televisi. Bahkan ia harus kembali bekerja dengan memikirkan strategi baru hingga malam dan esok hari.
9. Orang-orang akan melihat Anda
Jika Anda ingin dilihat di TV, pergilah ke audisi untuk iklan. Ini bukan tentang terlihat atau tidak; ini tentang membuat orang lain terlihat.
Seorang PR akan puas jika melihat kliennya dapat tampil dengan baik di TV, sesuai dengan arahan dan idenya.
10. Super glamor
Mari kita salahkan TV dan film karena anggapan bahwa seorang PR itu super glamor adalah karena orang melihat gaya hidup dari PR seperti yang digambarkan dalam cerita fiksi di film dan di TV. Itu semua adalah mitos.
Dalam dunia nyata, PR adalah pekerja keras. Untuk benar-benar sukses di lapangan, seorang PR harus berdedikasi dan mencintai apa yang ia lakukan, meskipun semua berjalan lambat dan penuh persaingan.