BANYAK orang beranggapan perkembangan teknologi informasi yang dibarengi internet akan membuat media tradisional seperti televisi, radio dan media cetak sekarat bahkan mati. Anggapan ini tentu tidak sepenuhnya benar. Karena media-media ini tetap ada sampai sekarang. Agar bisa bertahan dan eksis, mereka mengalami transformasi besar untuk menyesuaikan diri dengan perilaku pasar serta audiens barunya.
Teknologi informasi yang melahirkan era digital ini kemudian memicu perubahan gaya hidup sehari-hari masyarakat termasuk kebiasaan mengkonsumsi media. Saat ini, orang lebih suka mengakses informasi, hiburan dan berita kapan saja dan dimana saja melalui ponsel mereka.
Media sosial tidak hanya untuk mengupdate tentang keluarga dan teman mereka, tapi juga telah menjadi saluran media lain yakni sebagai sumber untuk mendapatkan berita dan informasi terbaru.
Selama beberapa tahun terakhir, beberapa stasiun radio pun turut menyesuaikan diri dengan menyediakan live streaming untuk para pendengarnya. Dan kini, telah ada beberapa stasiun radio penyiaran bahkan tanpa memiliki frekuensi radio, tapi hanya melalui streaming online.
Kebiasaan konsumsi media baru lainnya adalah orang suka hanya mengkonsumsi konten pilihan mereka, yang kemudian melahirkan apa yang disebut Niche Media. Niche Media telah ada selama bertahun-tahun, namun sejalan dengan itu penonton menuntut lebih banyak. Mereka ingin niche media menyediakan konten tidak hanya berdasarkan demografi tetapi juga pada psikografi dan disampaikan secara otomatis kepada mereka. Akibatnya aplikasi pemutar video/film tak urung meningkat tajam.
Kini orang telah berubah dari konsumen media pasif menjadi aktif sebagai penyebar media. Beberapa penerbit besar menyediakan fitur generasi pengguna lonten untuk mendapatkan lebih banyak keterlibatan dalam me-viralkan sebuah konten. Akan tetapi pada saat bersamaan mereka juga sangat berisiko terpapar hoax, yang dapat membawa dampak negatif terhadap diri mereka sendiri.
Untuk itulah dalam sebuah seminar bertajuk Media Now membahas semua hal diatas. Seminar satu hari penuh ini di fasilitasi oleh Global Digital Prima (GDP) Venture, salah satu unit bisnis Group Djarum. Bertempat di Bali Ballroom Hotel Kempinski, Selasa (9/5/2017). Seminar menghadirkan banyak pembicara diantaranya juru bicara presiden, Johan Budi, perwakilan dari dewan pers, Sinyo Harry, dan beberapa penggiat media seperti David Wayne Ika (Kurio), Devita Triwardhani (MRA Broadcast Media Division), Jaeson Ma (88Rising), Teguh Poeradisastra (SWA).
“Hari ini membuat konten yang menarik adalah keharusan, seharusnya tidak hanya kaya konten tetapi juga dalam menyampaikannya dalam format audio dan visual secara menarik.” jelas Jaeson Ma
Seminar yang sebagian besar dihadiri oleh perwakilan media nasional ini bertujuan untuk berbagi wawasan tentang bagaimana media harus beradaptasi ditengah arus perkembangan teknologi digital, termasuk bagaimana membangun bisnis digital yang relevan di industri media.#RWD