Rano Karno memenuhi janjinya untuk menuntaskan kisah si Doel, termasuk cinta segitiga-nya dengan Sarah dan Zaenab, lewat Akhir Kisah Cinta Si Doel. Rano menutup kisah ini dengan emosional.
Film yang menjadi saga ketiga Si Doel The Movie ini mengisahkan pilihan yang diambil si anak betawi dalam menentukan pasangan sejati. Sebuah final dari versi sinetron yang telah tayang sejak 1993.
Namun bagi saya, yang membuat film Akhir Kisah Cinta Si Doel begitu emosional bukan dari keputusan Doel untuk memilih Sarah atau Zaenab, melainkan melepas kisah yang sudah berjalan selama 27 tahun.
Kesabaran Tim Zaenab dan Tim Sarah menanti jawaban Rano Karno akan akhir Si Doel memang telah dibayar impas, namun rasa harus mengakhiri dan melepas sesuatu yang telah menemani sebagian hidup penonton itulah yang mampu membuat mata penggemarnya berkaca-kaca.
Apalagi, Rano paham betul bahwa kunci menggaet penonton Si Doel adalah membawa mereka kembali mengenang cerita kejayaan kala serialnya tayang dekade ’90-an silam. Strategi ini pernah dilakukan Rano kala membuka Si Doel The Movie pertama pada 2018 lalu.
Memang tak banyak, tapi Rano Karno menyiapkan sedikit nostalgia itu beserta kejutan-kejutan dalam film. Sebagian kejutan ini sekaligus menjadi jawaban singkat atas banyak pertanyaan yang menggantung di benak penonton sebelumnya. Rano Karno juga tampak ingin bermain-main dengan emosi penonton Akhir Kisah Cinta Si Doel.
Film ini dibuka dengan tempo yang lambat, apalagi Doel kembali lebih banyak diam dan galau dibanding Si Doel The Movie 2.
Rano menempatkan Sarah yang diperankan oleh Cornelia Agatha dan Zaenab yang diperankan Maudy Koesnaedi sebagai pengatur cerita. Doel bak bola ping-pong yang dipermainkan dua karakter wanita tersebut.
Perubahan karakter antara Sarah dan Zaenab juga jelas terlihat dalam film ini, bila dibandingkan citra yang selama ini tercipta atas karakter tersebut. Meski begitu, dua aktris ini terlihat amat berupaya keras untuk menampilkan sesuai dengan tuntutan skenario.
Di sisi lain, Mandra masih dominan sebagai pemantik tawa penonton meski kini ia tak lagi menjadi pemain tunggal. Keputusan ini terbilang tepat mengingat ada potensi lebih yang bisa dieksplorasi dari karakter itu.
Setelah sempat cukup bosan, alur cerita mulai menarik kala film sudah separuh bagian.
Apalagi, saya teringat ucapan Rano kepada media Januari lalu bahwa dirinya menyiapkan tiga versi akhir film ini. Maka, Rano bisa dengan leluasa ‘menipu’ penonton sebelum menunjukkan akhir cerita yang sebenarnya.
‘Tipuan’ Rano itulah yang membuat saya masih bisa tersenyum usai menerima hasil keputusan dari Si Doel, setelah sejak awal merasakan tak ada yang spesial atas film ini.
Pujian patut diberikan kepada para pemain muda dalam saga Si Doel The Movie, seperti Rey Bong sebagai Dul dan Ahmad Zulhoir sebagai Kartubi. Meski masih terlihat sebagai pendatang baru, namun potensi mereka untuk memiliki kisah ikonis mulai terlihat.
Kini, tinggal Rano Karno apakah cukup serius untuk membuat semesta Si Doel dengan mengandalkan para pemain muda tersebut dan melepaskan bayang-bayang tokoh senior di dalamnya.
Bagi mereka yang masih berharap akan merasakan sensasi dan kualitas sinematik dari Akhir Kisah Cinta Si Doel, maka bersiaplah untuk kecewa. Saga Si Doel memang sejatinya sinetron yang ditayangkan dalam bentuk layar lebar.
Namun cerita ini memiliki fan sejati yang bersedia beranjak dari depan televisi dan pergi ke bioskop -bahkan untuk pertama kali- hanya untuk melihat drama opera sabun keluarga Betawi yang masih memiliki oplet. Dan, tentu saja, mencari jawaban atas pilihan terakhir Si Doel.
Sumber: Cnnindonesia.com