KOMUNIKASI akan berjalan sukses bila pembicara memiliki kemampuan untuk mengemas pesan dengan baik sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti si pendengar.
Demikian disampaikan Pakar Komunikasi Errol Jonathans dalam Workshop Menulis dan Public Speaking, di Ruteng, Flores, Jumat (20/2/2015).
Menurut Errol, ada 7 strategi komunikasi yang bisa menentukan keberhasilan komunikasi, antara lain:
1. Mengenali Komunikan
Mengenal komunikan sangat penting dilakukan oleh seorang pembicara untuk bisa mengukur apakah pesan yang disampaikan akan dimengerti atau tidak oleh pendengarnya.
Ada dua segmentasi yakni segmentasi demografi dan psikografi. Demografi ini terdiri: sex (jenis kelamin), usia, pendidikan, profesi, S.E.S (Status, Ekonomi, Sosial), serta psikografi (selera, minat, keinginan dan kebutuhan).
2. Kesamaan Frame of Reference dan Field of Experience
Adanya kesamaan frame of reference and field experience ini memudahkan komunikasi. Dengan demikian, pesan yang disampaikan pembicara dapat dengan mudah diterima oleh pendengar.
3. Kemasan Pesan
Pesan yang dikemas dan disampaikan secara menarik akan lebih mudah dimengerti oleh pendengar. Kemasan pesan juga memiliki keterkaitan erat dengan latar belakang pendengar.
Pendengar yang berasal dari golongan milenial tentu akan lebih tertarik mendengar pesan yang diselipkan humor dan kosakata kasual/slank. Berbeda dengan pendengar dari generasi X yang lebih menyukai pesan dengan tata bahasa lebih formal.
4. Bahasa dan Simbol Komunikasi
Ada banyak bahasa dan simbol komunikasi. Maka bagi pembicara yang baik harus lebih banyak mengenal bahasa dan simbol-simbol tersebut.
5. Verbal dan Bahasa Tubuh
Komunikan selalu mengartikan ucapan/suara dan bahasa tubuhnya karena separuh dari komunikasi kita sehari-hari adalah bahasa tubuh. Gabungan verbal dan non-verbal akan memberi dampak yang sangat ampuh.
Karena itu Errol memberikan kiat untuk bisa mengetahui sinyal bahasa tubuh pendengar. Karena sering kali pendengar tidak jujur dengan dirinya sendiri. Ketika presentasi, saat seorang pembicara bertanya pada pendengar apakah sudah paham sering kali pendengar menjawab mengerti. Namun, bahasa tubuhnya bisa saja bicara sebaliknya.
“Saat mendengar/berkomunikasi, tatap muka dan perhatikan baik-baik sinyal bahasa tubuhnya. Apakah dia mengerti atau tidak dengan apa yang kita sampaikan”, jelas Errol. Sinyal bahasa tubuh itu bisa dilihat dari kerutan dahi, pandangan kosong, pura-pura berpikir, dan lain sebagainya.
6. Pendekatan Komunikasi Keragaman Kultural
Terutama di Indonesia, dengan berbagai macam suku dan bahasa yang dimiliki, penting bagi pembicara untuk mengenal keragaman kultural. Hindari penyampaian pesan dengan menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) untuk mendapatkan kesan positif dari pendengar.
7. Mahir Mendengar (kan)
Mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang berbeda. Seringkali dalam berkomunikasi terjadi hambatan-hambatan, salah satunya hambatan kelaziman. Hambatan kelaziman ini terjadi saat pendengar atau komunikan memiliki pikiran kelaziman yang muncul dari pengalaman pribadinya, sehingga pendengar cenderung tidak mendengarkan pesan pembicara.
Pendengar akan cepat menyimpulkan apa yang didengar berdasarkan pikiran kelazimannya, padahal kesimpulan itu bukan seperti yang diharapkan pembicara. Hambatan-hambatan kelaziman ini pada akhirnya akan menutup komunikasi.
“Jangan sampai kita menciptakan pikiran kelaziman saat berkomunikasi. Cermati betul-betul dan dengarkan baik. Karena 82 persen orang suka berelasi dengan pendengar empatik bukan pembicara handal. Oleh sebab itu jangan terlalu banyak berbicara pada seseorang,” jelas Errol.
Selain ketujuh kunci di atas, syarat-syarat menjadi pembicara umum yang sukses juga perlu diperhatikan. Diiringi dengan latihan dan pembiasaan, Anda pun juga bisa menjadi pembicara hebat.