Menjadi seorang Public Relations (PR) tidaklah semudah yang dibayangkan. Banyak kendala yang harus dihadapi, terutama dalam mengelola perasaan. Anda harus selalu terlihat ramah dan baik di hadapan media dan masyarakat walaupun sedang ada masalah atau hal lain yang mengganggu pikiran. Belum lagi ditambah anggapan yang kurang berkenaan mengenai profesi PR.
Belum ada pemahaman yang konkrit tentang PR di kalangan masyarakat. Seringkali dianggap pintar ngomong, padahal bukan hanya itu keterampilan yang dibutuhkan dalam menjadi seorang PR.
Seringkali divisi lain dalam perusahaan menganggap kalau pekerjaan PR hanya senang-senang, padahal pekerjaannya sama-sama berat. PR harus berpikir strategi komunikasi ke media atau publik.
Sekarang ini juga tak sedikit perusahaan mencari PR baru, namun yang kemudian diterima bekerja lebih banyak bukan dari jurusan PR atau komunikasi.
Ada yang dari pertanian ke PR, dokter ke PR, karena menganggap PR itu hanya perlu penampilan dan pintar ngomong.
Pemahaman salah lainnya juga disebabkan karena adanya beberapa perusahaan yang membuka lowongan untuk mencari PR, namun kenyataannya setelah bekerja tugasnya ternyata menjual produk.
Hal inilah yang menimbulkan pemahaman kalau target seorang PR adalah jualan atau sales. Padahal sebenarnya tugas seorang PR bukan itu.
Berikut adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang PR:
Tidak Selalu Pintar Berbicara
Hanya pintar berbicara saja tanpa diiringi pesan yang berbobot tidak akan membuat Anda sebagai PR yang baik. Pintar berbicara adalah suatu hal, namun perlu diiringi dengan isi pesan yang bermakna pula
Dituntut Berpikir Strategis
Menyusun strategi itu baik. Namun, Anda juga perlu mengetahui bagaimana strategi tersebut dapat diaplikasikan dengan baik dan efisien. Hal inilah yang dimaksud dengan cara berpikir strategis.
Mampu Menangani Komplain
Maurin Handayani, seorang communication consultant bagian Media Expert di Inke Maris menambahkan, kendala lainnya dari seorang PR itu seringkali berasal dari pihak klien atau publik. Contohnya komplain atau salah paham.
Jika ada komplain, maka harus dijawab dan diberikan pengertian. Selanjutnya, tidak perlu segan untuk mengkomunikasikan dengan tim dan memikirkan strategi terbaik dari masalah tersebut.
“Kalau ada masalah dalam perusahaan coba kita konsultasikan bagaimana hal ini bisa dipecahkan. Setelah membuat strategi akan masalah tersebut, kemudian dikomunikasikan kepada teman-teman,” ujar Maurin yang mempunyai hobi traveling.
Jawaban komplain sebaiknya diberikan pula dengan perbaikan dari perusahaan. Hal ini untuk menciptakan citra baik perusahaan di mata publik atau klien.